hariannasari180396@gmail.com
1.
Latar Belakang
“PERKEMBANGAN EMOSI WANITA KARIR DI ERA
DISTRUPSI”
MAKALAH
Diajukan
sebagai salah satu syarat
Untuk
mengikuti Latihan Khusus Kohati (LKK)
Himpunan
Mahasiswa Islam Cabang Padang
OLEH
:
Nama : Hari Anna
Sari
Nomor HP : 082388391851
Kode Makalah : D
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM KOMISARIAT
PERTANIAN UNAND
CABANG PADANG
2020
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
Warahmatullah Wabarakatuh.
Dengan
mengucapkan Alhamdulillahirrabbil al Amin, segala puji dan syukur dicurahkan
kepada Allah S.W.T yang telah
melimpahkan rahmat dan kurnianya serta telah memberikan anugerah kepada Nabi
Muhammad S.A.W. nabi terakhir pewaris Al-Quran dan Hadits yang menuntun dan
menjadi pedoman seluruh manusia dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Hanya
karena-Nya penulis bisa menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu dan
persyaratan yang telah ditentukan.
Dalam
penulisan makalah ini, penulis sangat tertarik untuk membahas mengenai tentang
Emosi Wanita Karir. Judul yang penulis buat dalam makalah ini adalah “Perkembangan
Emosi Wanita Karir Di Era Distrupsi”.
Berbagai permasalahan dan hambatan
tentunya menghiasi dinamika penulisan makalah ini, namun dengan adanya bantuan
dan semangat yang diberikan oleh berbagai pihak sangat membantu penulis dalam
menyelesaikan makalah. Dan bantuan yang paling utama yaitu dari Allah S.W.T.
yang sangat menentukan selesai atau tidaknya makalah ini.
Dan pada akhirnya, penulis mengakui
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Hadirnya kritikan dan masukan
dari pembaca akan menyempurnakan makalah ini nantinya. Saya sebagai penulis
sangat mengharapkan masukan dan kritikan yang bersifat membangun tersebut.
Padang, 10 Januari 2020
Penulis
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar..............................................................................................
Daftar
Isi........................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang................................................................................................
Rumusan
Masalah..........................................................................................
Tujuan Penulis................................................................................................
BAB
II PEMBAHASAN
Emosi.............................................................................................................
Perkembangan emosi....................................................................................
Sebab dan reaksi yang
ditimbulkan emosi....................................................
Ciri-ciri emosi
berdasarkan umur...................................................................
Wanita
Karir...................................................................................................
Wanita karir dalam
pandangan islam.............................................................
Faktor pendorong wanita
karir.......................................................................
Syarat wanita
karir.........................................................................................
Dampak wanita
karir......................................................................................
Wanita karir Di Era
Distrupsi.........................................................................
BAB
II PENUTUP
Kesimpulan...................................................................................................
Saran............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Pada
zaman teknologi informasi sekarang ini, sosok wanita karir yang sukses
merupakan fenomena umum mulai dari kota-kota besar, sekalipun itu seorang ibu
rumah tangga. Memang tidak sedikit yang menjalani fungsi ganda, sebagai wanita
karir maupun sebagai ibu rumah tangga. Bagi yang pintar mensiasati waktu,
sukses dalam dua bidang tersebut bukanlah hal yang mustahil, tetapi kesuksesan
keduanya bukanlah sesuatu yang mudah. Seringkali wanita tersebut mengalami
kewalahan dalam membagi waktu, tak jarang harus mengalami salah satu kegagalan.
Saat pada kondisi ini wanita terpaksa harus memilih: rumah tangga atau karir?
Memang
tidak mudah memainkan peran sebagai wanita karir atau wanita pekerja sekaligus
ibu rumah tangga yang baik. Karena kedua dunia itu memiliki tuntutan dan
konsekuensi yang sama beratnya. Banyak perusahaan menilai bahwa pegawai wanita
setelah menikah dan mempunyai anak kurang profesional dalam bekerja. Sering
datang terlambat ke kantor dengan berbagai alasan, yang disebabkan mengurus
anggota keluarga suami dan anak.
Namun
banyak wanita selalu mengimpikan keberhasilan dalam kedua bidang tersebut dan
berusaha keras untuk mencapainya. Sulit memang, tapi bukan tidak mungkin Anda
sebagai wanita dapat meraihnya.
Pertama
sekali kita harus bertanya pada diri kita sendiri: Apakah setelah saya menikah
atau mempunyai anak, masih ingin melanjutkan karir yang selama ini selalu
diimpikan. Kalau jawabanya “Iya” berarti kita harus memiliki komitmen dan sikap
konsisten terhadap pilihan yang kita ambil. Dengan bertanggung jawab yang penuh
terhadap tugas-tugas yang diberikan oleh kantor atau perusahan kepada kita
tanpa melalaikan urusan rumah tangga. Dan dengan perasaan tidak pernah merasa
terbebani dengan tugas kantor dan rumah tangga.
Ada
wanita yang senang berkarier di luar rumah dari pada di dalam rumah. Bagi
mereka kehidupan yang aktif dan dinamis bukan saja menambah gairah hidup tapi
merupakan energi untuk hidup. Dengan kata lain bagi wanita-wanita ini tanpa
kegiatan di luar rumah mereka akan kehilangan semangat hidup. Seperti api pada
lilin yang semakin meredup, sebaliknya bila mereka dapat mengaktualisasi diri
di luar rumah, mereka menjadi diri mereka yang terbaik dan ini berarti mereka
bisa menjadi ibu rumah tangga yang lebih baik pula. Jika dipaksakan diam dalam
rumah, mereka tidak menjadi istri yang terbaik, menjadi diri mereka yang
terbaik, menjadi ibu yang terbaik, dan hal ini akan berdampak pada keluarganya
pula.
Dalam
Islam membina keluarga merupakan suatu hal yang diwajibkan bagi setiap muslim
yang berkeluarga karena keluarga sebagai tempat untuk menjaga diri. Guna
menciptakan ketentraman dan keselamatan dari segala bentuk kejahatan yang
ditimbulkan oleh orang lain, sehingga keluarga harus dijadikan tempat tinggal
yang penuh dengan kebahagiaan. Allah berfirman dalam Surat Ar-Rum ayat 21 yang
artinya : “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tandatanda bagi kaum
yang berfikir.”(Q.S. Ar-Rum: 21).
Sebagai
istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah
tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah
satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah
tambahan dalam keluarganya.2 Keluarga dan pekerjaan yang harus diurus oleh seorang
wanita banyak menimbulkan beban psikis dan juga fisik. Sumber stress yang
dialami wanita tersebut berbeda-beda, bisa berasal dari internal dan eksternal
. Stress akibat tuntutan bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga
(lelah secara psikis), tekanan yang timbul akibat peran ganda itu sendiri
(kemampuan manajemen waktu dan rumah rumah tangga merupakan kesulitan yang
paling sering dihadapi oleh para ibu bekerja), pekerjaan di kantor sangat
berat, suami dan anak-anak merasa “kurang dapat perhatian”. Sikap dan perilaku
pada anak dan suami tidak mungkin disamakan dengan perilaku pada lingkungan
kerja.
Di
satu sisi perempuan dituntut untuk berrtanggung jawab dalam mengurus dan
membina keluarga secara baik, namun di sisi lain, sebagai seorang pegawai yang
baik mereka dituntut pula untuk bekerja sesuai dengan standar kinerja dengan
menunjukkan performen kerja yang baik. Wanita untuk peran tersebut terbagi
dengan perannya sebagai ibu rumah tangga sehingga terkadang dapat mengganggu
kegiatan dan konsentrasi di dalam pekerjaannya, sebagai contoh sulit menuntut
lembur ataupun menugaskan wanita karir yang telah menikah dan punya anak untuk
pergi keluar kota. Masalah ini merupakan salah satu contoh kecil bahwa urusan
keluarga dapat berpengaruh terhadap kegiatan-kegiatan pegawai dalam bekerja.
Kondisi
seperti di atas akan menimbulkan dampak yang sangat berarti bagi usaha
pencapaian tujuan universitas, salah satunya adalah rendahnya disiplin pegawai
secara keseluruhan akan mempengaruhi produktifitas pegawai. Akan tetapi tidak
hanya itu saja yang ditimbulkan, dapat pula berakibat langsung pada diri
pegawai, karena mereka dalam keadaan suasana serba salah sehingga mengalami
tekanan jiwa (stress).
Dalam
menyelesaikan tugas-tugas dalam pekerjaannya terdapat gangguan atau
masalah-masalah yang berhubungan dengan faktor psikologis dalam diri wanita
tersebut, misalnya wanita itu merasa bersalah telah meninggalkan keluarganya
untuk bekerja, tertekan karena terbatasnya waktu dan beban pekerjaan terlalu
banyak serta situasi kerja yang kurang menyenangkan. Keadaan ini akan menggangu
pikiran dan mental wanita karir ketika bekerja sehingga mengganggu konsentrasi
bekerja. Dengan intensitas peran ganda yang tinggi, seeorang ibu yang bekerja
akan mengalami penurunan pada kinerjanya karena ibu bekerja akan peningkatan
stress, peningkatan keluhan fisik dan tingkat energi yang rendah.
Berdasarkan
hasil pengamatan, masih banyak dijumpai wanita karir yang terlambat masuk
kantor, meninggalkan kantor pada saat jam kerja untuk menjemput anak atau
mengurusi keluarga, bahkan terdapat beberapa wanita karir turut membawa serta
anaknya ke kantor. Hal-hal tersebut tentunya akan mengganggu konsentrasi
bekerja, menurunkan disiplin sehingga pada akhirnya kinerja yang dihasilkan
tidak optimal.
Wanita
harus memiliki keyakinan bahwa mereka mampu dan bisa melengkapi para pemimpin
pria yang selama ini mendominasi industri teknologi informasi dan komunikasi
serta startup digital.
Berdasarkan
data Start up Ranking, Indonesia saat ini berada di peringkat ketiga dalam
daftar negara yang memiliki jumlah startup terbanyak yakni sejumlah 1754 di
bawah Amerika Serikat (28.693), India (4857).
Meski
demikian, dari sisi gender ternyata masih sedikit sekali yang dinikmati oleh
founder-founder start up wanita. Survei Daily Social baru-baru ini
mengungkap komposisi start up yang dibangun oleh wanita hanya sekitar 20
persen dibanding 70 persen yang didirikan oleh kaum pria.
2.
Rumusan Masalah
Setelah
menjabarkan latar belakang pada point sebelumnya, maka penulis memberikan
batasan rumusan pada “perkembangan Emosi
Wanita Karir Di Era Distrupsi”.
3.
Tujuan Makalah
- Mengetahui tingkatan emosi wanita
berdasarkan umurnya
- Mengetahui hukum wanita karir dalam pandangan islam
- Mengetahui kedudukan wanita di Era
Distrupsi.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Deskripsi
Emosi
a.
Pengertian Emosi
Masa remaja atau masa adolensia merupakan masa peralihan
atau masa transisi antara masa anak ke masa dewasa. Pada masa ini individu
mengalami perkembangan yang pesat mencapai kematangan fisik, sosial, dan emosi.
Salah satu perkembangan yang dialami oleh remaja adalah perkembangan emosi.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa emosi adalah suatu keadaan kejiwaan yang
mewarnai tingkah laku. Emosi dapat juga diartikan sebagai suatu reaksi
psikologis yang ditampilkan dalam bentuk tingkah laku gembira, bahagia, sedih,
berani, takut, marah, haru dan sejenisnya.
Pengertian emosi menurut para ahli yaitu, Hathersall (dalam
Mudjiran, 2007 : 224) merumuskan pengertian emosi sebagai situasi psikologis
yang merupakan pengalaman subjektif yang dapat dilihat dari reaksi wajah dan
tubuh
Jadi, emosi adalah pengalaman afektif yang disertai
penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan
berwujud suatu tingkah laku yang tampak
b.
Perkembangan Emosi
Emosi sering didefinisikan dalam istilah perasaan
(feeling), misalnya pengalaman- pengalaman afektif, kenikmatan atau
ketidaknikmatan, marah, takut, bahagia, sedih dan jijik. Emosi juga sering
berhubungan dengan ekspresi tingkah laku dan respon-respon fidiologis.
1.
Bentuk-bentuk Emosi
a.
Amarah, didalamnya meliputi brutal, mengamuk, benci, mara
besar, jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung,
bermusuhan, tindak kekerasan dan kebencian patologis
b.
Kesedihan, didalamnya meliputi pedih, sedih, muram,suram,
melankolis, mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus asa dan depresi
c.
Rasa takut, didalamnya meliputi cemas, takut, gugup,
khawatir, was-was, perasaan takut sekali, sedih, waspada, tidak tenang, ngeri,
kecut, panik, dan phobia
d.
Kenikmatan, didalamnya meliputi bahagia, gembira, ringan
puas, riang, senang, terhibur, bangga, kenikmatan indrawi, takjub, terpesona,
puas, rasa terpenuhi, girang, senang sekali dan mania.
e.
Cinta, didalamnya meliputi penerimaan, persahabatan,
percayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, dan kasih
sayang.
f.
Terkejut, didalamnya meliputi terkesiap, takjub dan
terpana.
g.
Jengkel, didalamnya meliputi hina, jijik, muak, mual,
benci, tidak suka dan mau muntah
h.
Malu, didalamnya meliputi rasa bersalah, malu hati, kesal
hati, menyesal, hina, aib, dan hati hancur lebur
c.
Berdasarkan sebab dan reaksi yang ditimbulkan, emosi
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
a.
Emosi yang berkaitan
dengan perasaan (syaraf-syaraf jasmaniah), misalnya perasaan dingin, panas,
hangat, sejuk dan sebagainya. Munculnya emosi seperti ini lebih banyak
dirasakan karena faktor fisik diluar individu, misalnya cuaca, kondisi ruangan
dan tempat dimana individu itu berada.
b.
Emosi yang berkaitan dengan kondisi fisiologis, misalnya
sakit, meriang dan sebagainya. Munculnya emosi sepertinini lebih banyak
dirasakan karena faktor kesehatan.
c.
Emosi yang berkaitan dengan kondisi psikologis, misalnya
cinta, rindu, sayang, benci dan sejenisnya.
Menurut
teori Kecerdasan Emosional yang dikembangkannya, Daniel Goleman (dalam Ali dan
Asrori, 2005: 64-66) mengemukakan sejumlah ciri utama pikiran emosional sebagai
berikut:
1. Respon yang cepat tetapi ceroboh
2. Mendahulukan perasaan kemudian pikiran
3. Memperlakukan realitas sabagai realist smbolik
4. Masa lampau diposisikan sebagai masa sekarang
5. Relitas yang ditentukan oleh keadaan
d. Menurut Biehler (1972) membagi ciri-ciri emosional
remaja menjadi dua rentang usia, yaitu usia 12-15 tahun dan usia 15-18 tahun,
yaitu :
Ø
Ciri-ciri emosional usia 12-15 tahun :
· Cenderung banyak
murung dan tidak dapat diterka
· Bertingkah laku kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal
rasa percaya diri
· Kemarahan biasa terjadi
· Cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan ingin
selalu menang sendiri
· Mulai mengamati orang tua dan guru-guru mereka secara
objektif
Ø
Ciri-ciri emosional remaja usia 15-18 tahun :
·
Pemberontakan” remaja merupakan ekspresi dari perubahan
yang universal dari masa kanak-kanak menuju dewasa
·
Banyak remaja
mengalami konflik dengan orang tua mereka
·
Sering kali melamun, memikirkan masa depan mereka
2.
Pengertian Wanita Karir
Wanita
karir terdiri dari dua kata, yaitu: wanita dan karir. Kata wanita sendiri,
dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan dengan perempuan dewasa, sedangkan
kata karir mempunyai dua pengertian: pertama, perkembangan dan kemajuan dalam
kehidupan, pekerjaan, jabatan, dan sebagainya. Kedua, pekerjaan yang memberikan
harapan untuk maju. Istilah wanita karir dapat diartikan dengan: wanita yang
berkecimpung dalam kegiatan profesi (usaha, perkantoran, dan sebagainya).
Selain itu, karir dapat diartikan dengan serangkaian pilihan dan kegiatan
pekerjaan yang menunjukkan apa yang dilakukan oleh seorang untuk dapat hidup.
Menurut
A. Hafidz Anshary A.Z, wanita karir adalah wanita yang menekuni profesi atau
pekerjaannya dan melakukan berbagai aktivitas untuk meningkatkan hasil dan prestasinya. Wanita semacam ini tidak seperti wanita pada
zaman Siti Nurbaya yang hanya mendekaM di dalam rumah merenungi nasib,
terkungkung oleh tembok, pagar adat dan tradisi. Dan wanita karir adalah wanita
sibuk, pekerja keras, yang waktunya di luar rumah kadang-kadang lebih banyak
dari pada di dalam rumah.
·
Ciri-ciri
Wanita Karir yaitu :
1. Wanita yang aktif melakukan
kegiatan-kegiatan untuk mencapai suatu kemajuan.
2. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan itu
merupakan kegiatan professional sesuai dengan bidang yang ditekuninya, baik di
bidang politik, ekonomi, pemerintahan, ilmu pengetahuan, ketentaraan, sosial,
budaya, pendidikan, maupun bidang lainya.
3. Bidang pekerjaan yang ditekuni oleh
wanita karir adalah bidang pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya dan dapat
mendatangkan kemajuan dalam kehidupan, pekerjaan, atau jabatan, dan lain-lain
Selain
itu terdapat pula istilah wanita bekerja. kata kerja itu sendiri berarti:
kegiatan melakukan sesuatu atau sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah
(mata pencaharian). Dan sebagaimana yang dikutip dari Prof. Dr. Tapi Omas
Ihromi, yang dimaksud dengan wanita bekerja adalah: mereka yang hasil karyanya
akan dapat menghasilkan imbalan keuangan.
Ø Wanita bekerja dibagi menjadi 2
kelompok, sebagai berikut :
1.
Mereka
yang bekerja untuk penyaluran hobby, pengembangan bakat dan meningkatkan karir
2.
Mereka
yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup atau karena tekanan ekonomi, dengan
kata lain untuk perbaikan sosial
Dari
uraian pengertian di atas istilah wanita karir dan wanita pekerja sesungguhnya
memiliki perbedaan yang sangat tipis, dimana kedua kata karir dan kerja
sesungguhnya sama-sama berorientasi untuk menghasilkan uang, namun dalam
berkarir, seseorang cenderung sudah lebih mapan status ekonominya dan lebih
memprioritaskan status sosial atau jabatannya, sedangkan dalam bekerja motivasi
utamanya adalah untuk memenuhi dan mencukupi kebutuhan ekonomi (nafkah)
keluarga.
Dalam
makalah ini, penulis cenderung menggunakan istilah wanita karir dari pada
wanita bekerja, sebab ketika seseorang sudah memiliki kemampuan dalam berkarir,
seringkali muncul image negatif yang umumnya ditimpakan kepada mereka yakni
kondisi keluarga yang tidak harmonis. Artinya, bahwa kerekatan hubungan
keluarga modern biasanya diakibatkan oleh keaktifan wanita-wanita karir di
dunia public, sehingga urusan-urusan dalam rumah tangga terabaikan.
Selain
itu, kemapanan karir yang melahirkan kemandirian dari segi financial secara
tidak langsung menyebabkan sisi egoisme pada diri mereka semakin tinggi.
Akibatnya, banyak diantara mereka yang merasa tidak atau kurang tercukupi
kebutuhan dan hak nafkahnya, sehingga kemudian menggugat cerai para suami. Dan
akan dibahas dalam pembahasan selanjutnya.
A. Wanita
Karir Dalam Pandangan Islam
Dalam
pandangan islam, bekerja merupakan suatu kewajiban kemanusiaan yang tak pernah
terlepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Banyak ayat al-Qur’an yang
mengupas tentang kewajiban manusia untuk bekerja dan berusaha mencari nafkah,
diantaranya firman Allah SWT yang berbunyi:
Yang
artinya: “Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di
segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya.dan hanya
kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan “(QS. Al-Mulk [67]: 15).
Ayat
ini menguraikan lebih lanjut tentang rububiyah, yakni betapa besar kuasa dan
wewenang Allah dalam mengatur alam raya ini. Dan ayat ini merupakan ajakan
bahkan dorongan kepada umat manusia secara umum dan kaum muslimin secara khusus
agar memanfaatkan bumi sebaik mungkin dan menggunakannya untuk kenyamanan hidup
mereka tanpa melupakan generasi sesudahnya (Shihab, 2003).
Anatomi
biologis laki-laki yang berbeda dengan perempuan menjadi factor utama dalam
penentuan peran sosial kedua jenis kelamin tersebut. Laki-laki memegang peran
utama dalam masyarakat karena dianggap lebih kuat, potensial dan produktif,
sementara perempuan yang mempunai organ reproduksi, dianggap lebih lemah,
kurang potensial dan tidak produktif. Presepsi yang memandang rendah perempuan
tersebut telah menetapkan kelayakan perempuan untuk mengambil peran domestic,
sementara laki-laki mengambil peran di sector public. Stereo tipe yang ekstrim
dalam pembedaan peran perempuan dan laki-laki tersebut telah mempersempit
kemungkinan bagi kaum perempuan untuk mengembangkan berbagai potensinya dan
untuk berpartisipasi dalam pembangunan bangsa (suralaga, 2003).
Permasalahan
tentang wanita hukum wanita bekerja sampai detik ini masih menjadi perbincangan
hangat dikalangan para ulama.Mereka masih memperdebatkan bolehkah seorang
wanita (istri) bekerja diluar rumah. Untuk mengetahui bagaimana hukum wanita
bekerjaatau berkarir dapat dilihat dari fatwa-fatwa para ulama berikut ini:
Dalam
hal ini Naqiyah Mukhtar mengatakan, terdapat beberapa pandangan dikalangan
ulama tentang wanita bekerja diluar rumah. Pendapat yang paling ketat
menyatakan tidak boleh, karena dianggap bertentangan dengan kodrat wanita yang
telah diberikahn dan ditentukan oleh Allah. Peran wanita secara alamiah,
menurut pandangan ini adalah menjadi istri yang dapat menenangkan suami,
melahirkan, mendidik anak, dan mengatur rumah. Dengan kata lain tugas wanita
adalah dalam sector domestic. Perempuan yang melakukan pekerjaan di luar rumah
termasuk orang yang berbuat dzalim terhadap dirinya, karena melampui
ketentuan-ketentuan allah. Meski demikian dalam kondisi darurat wanita
diperkenankan bekerja di luar rumah. Pendapat yang relative lebih longgar
menyatakan bahwa wanita diperkenankan bekerja di luar rumah dalam bidang-bidang
tertentu yang sesuai dengan kewanitaan, keibuan, dan keistrian, seperti
pengajaran, pengobatan, perawatan, serta perdagangan. Bidang-bidang ini selaras
dengan kewanitaan.Wanita yang melakukan pekerjaaan selain itu di anggap
menyalahi kodrat kewanitaan dan tergolong orang-orang yang dilaknat Allah
karena menyerupai pria.
Menurut
Qasim Amin, pendapat yang mewajibkan wanita harus berada dalam rumahnya tidak
lain bersumber dari adat dan tradisi masyarakat Arab pada masa lalu. Dahulu,
kehidupan pada masyarakat Arab Jahili merupakan kehidupan keras yang penuh
dengan peperang dan embunuhan (untuk memperebutkan kekuasaan), karena mata
pencaharian mereka adalah berburu, dan kondisi tersebut tidak memungkinkan
wanita untuk turut serta melakukan apa yang dilakukan oleh kaum pria. Oleh
karena itu, derajat kaum wanita menjadi rendah dalam anggapan mereka. Adapun
sekarang, kita sudah berada dalam keadaan yang relative aman, semuanya telah
ada undang-undang yang mengaturnya. Peperangan tidak menjadi ternd dan dalam
mencari penghidupan.
Selain
itu, menurut penulis, fenomena maraknya wanita yang keluar rumah untuk bekerja
atau berkarir, selayaknya disikapi dengan sikap bijaksana dan disertai denga
pemikiran yang positif, karena tidak semua yang bekerja di luar rumah
meninggalkan tugas pokoknya sebagi ibu rumah tangga. Banyak wanita yang bekerja
di luar rumah dan tetap berperan sebai ibu rumah tangga. Kenyataan ini
dipengaruhi oleh kondisi sekelilingannya dan kedewasaan serta pola berpikirnya
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menyebar masuk di
masyarakat.
Dari
uraian beberapa fatwa para ulama muslim di atas, sepertinya mereka menganjurkan
wanita untuk tetap berada di dalam rumahnya dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan
domistik sesuai dengan peran kodratinya. Menurut anggapan mereka keluarnya
wanita dari rumah merupakan perbuatan yang tidak terpuji, sebab petunjuk Islam
mengatakan bahwa wanita seyogyanya tetap di dalam rumah.
Dalam
hal ini Wahbah al-Zuhaili menambahkan, seorang istri yang bekerja pada siang
atau malam hari di luar rumah, baik sebagai dokter, guru, pengacara, perawat,
ataupun pengrajin dalam undang-undang yang ditetapkan di Mesir dan Suria. Jika
suami ridho dengan keluarnya sang istri untuk bekerja dan dia tidak
melarangnya, wajib bagi sang istri menerima nafkah, sebab “penahanan” atas sang
istri merupakan hak suami.
B. Faktor-faktor
Pendorong Wanita Karir
1. Faktor Pendidikan
Pada
saat ini bidang pekerjaan tidak lagi didominasi oleh kekuatan fisik seseorang,
kaum wanita banyak yang memperoleh kesempatan mendapatkan pekerjaan sesuai
dengan keahlian yang dipelajarinya di bangku kuliah. Para wanita yang telah
menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi dn meraih gelar sarjana pada
umumnya sudah tentu tidak akan mau atau tidak betah tinggal di rumah saja tanpa
melakukan aktivitas apapun. Oleh sebab itu mereka akan mencari lowongan kerjaa
untuk meniti karir yang sesuai dengan disiplin keilmuan yang mereka miliki.
Dan
ternyata banyak pula di antara para wanita karir yang bekerja bukan karena
dorongan faktor ekonomi semata, karena suami mereka berpenghasilan lebih dari
cukup dan mempunyai pekerjaan tetap, tetapi lebih karena didorang faktor
keinginan mempraktekkan dan memanfaatkan ilmu yang telah diperjuangkan selama
bertahun-tahun di perguruan tinggi. Oleh karena itu banayak wanita terdidik
dewasa ini tidak puas hanya berpangku tangan menjalankan perannya di rumah
saja, tetapi ingin dapat mengembangkan dirinya sekaligus menyumbangkan
kepandaian dan keahliannya kepada masyarakat, bangsa dan Negara. Dalam hal ini
wanita juga sebagaimana halnya pria ingin pula berperan serta membuktikan
kemampuannya (Achir, 1985).
2. Faktor Ekonomi
Seringkali
kebutuhan rumah tangga yang begitu besar dan mendesak, membuat suami dan istri
harus bekerja untuk bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari. Terlebih lagi pada
saat sekarang ini, dimana harga barang dan biaya hidup menjadi semakin tinggi. Kondisi
tersebut membuat sang istrii tidak punya pilihan lain kecuali ikut menari
pekerjaan di luar rumah, meskipun ‚hati nya tidak ingin bekerja.
Hal
di atas juga didukung oleh proses industrialisasi yang banak membawa perubahan
dalam masyarakat, baik perubahan di tempat kerja apapun sikap dan perilaku
masyarakat. Indutrialisasi berarti menguatkan sektor formal, berarti makin
besar jumlah pekerja di sektor tersebut. Oleh karena industri adalahmengelola
usaha secara ekonomis dan efisien, maka pengusaha akan mengusahakan suatu harga
produksi yang serendah mungkin dengan berpaling pada tenaga kerja murah yaitu
wanita. Ada beberapa sektor indutri yang mendambakan mempekerjakan wanita
seprti tekstil, elektronika, farmasi, makanan dan minuman, rokok. Keadaan ini
sangat merangsang para wanita untuk ikut dalam kegiatan industri dan hidup di
daerah perkotaan dan sekitarnya. Dorongan mereka terlibat dalam industry ialah
tidak lain untuk membantu meringankan beban keluarga, ingin memiliki
penghasilan sendiri, dan kurang tertarik dengan kerja pertanian di pedesaan.
3. Faktor Sosial
Tuntutan
zaman menyebabkan wanita yang meninggalkan keluarga untuk bekerja semakin
menonjol. Seringkali bukan semata-mata untuk mencukupi kebutuhan hidup saja
wanita harus bekerja, tetapi juga didorong oleh faktor-faktor lainnya seperti
untuk meningkatkan status sosial (Auraida, 1993).
4. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Jika
sejarah menunjukkan bahwa dominasi lelaki lebih besar dibandingkan dengan
wanita dalam penemuan, pemakain dan pengendalian teknologi, alasannya
semata-mata disebabkn oleh karena peluang bagi mereka untuk mengaktualkan
potensi mereka selama ini terbatas.Keterbatasan ini disebabkan oleh beban tugas
kekeluargaan yang begitu dominan ditumpukkan pada pundaknya.Juga karena
diskriminasi kesempatan belajar yang diberikan oleh keluarga, masyarakat, atau
Negara padanya.
Saat
ini, seiring dengan berkembangnya pola pikir masyarakat dan gemburan hebat dari
para aktifis jender menjadikan semakin banyaknya para wanita yang mandiri,
dalam arti aktif bekerja dan meniti karir, dan juga menyebabkan penilaian atau
anggapan miring tentang wanita bekerja di luar rumah perlahan-lahan mulai
berubah. Wanita yang bekerja di ruang public mulai diperhatakan dan diakui
kemampuannya.
C. Syarat-syarat
Wanita Karir
Bagi
wanita yang berprofesi di ruang publik, hampir pasti berpapasan dengan beberapa
persoalan krusial yang dianggap suatu kebenaran mutlak untuk perempuan, yaitu :
masalah kepemimpinan, aurat, mahram, hak dan tanggungjawab dalam keluarga,
bahkan anggapan bahwa wanita adalah manusia kedua setelah laki-laki, yang
kesemuanya didukung oleh teks-teks agama (mi’roj. 2004).
D. Dampak
Wanita Karir
Menurut Prof. Dr. Huzaimah
T. Yanggo ada beberapa dampak positif yang timbul akibat wanita berkarir antara
lain :
1.
Dampak
Positif
a.
Dengan
berkarir, wanita dapat membantu meringankan keluarga yang tadinya hanya dipikul
oleh suami yang mungkin kurang memenuhi kebutuhan, tetapidengan adanya wanita
ikut berkiprah dalam mencari nafkah, maka krisis ekonomi dapat di tanggulang.
b.
Dengan
berkarir, wanita dapat memberikan pengetian dan penjelasan kepada keluarganya,
utamanya kepada putra-putrinya tentang kegiatan-kegiatan yang diikutinya,
sehingga kalau ia sukses dan berhasil dalam karirnya, putra-putri akan gembira
dan bangga, bahkan menjadikan ibunya sebagai panutan dan suri tauladan bagi
masa depannya. Haliini sesuai dengan pengakuandan pernyataan dari salah seorang
anak remaja dari wanita karir ketika penulis mewancarinya, bahwa menurutnya
banyak hal yang positif yang mereka temui bila ibunya bekerja, bahkan mereka
gembira dan bangga jika ibunya sukses dalam karirnya.
c.
Dalam
memajukan serta mensejahterahkan masyarakat dan bangsa diperlukan partisipasi
serta keikutsertaan kaum wanita, karena dengan segala potensinya wanita mampu
dalam hal ini, bahkan ada di antara pekerjaan yang tidak bisa dilaksanakan oleh
pria dapat berhasil ditangani oleh wanita, baik karena keahlianya maupun karena
bakatnya.
d.
Dengan
karir, wanita dalam mendidik anak-anaknya pada umumnya lebih bijaksana,
demokratis dan tidak otoriter, sebab dengan karirnya itu ia bisa memiliki pola
pikir yang moderat. Kalau ada problem dalam rumah tangga yang harus
diselesaikan, maka ia segera mencari jalan keluar secara tepat dan benar.
e.
Dengan
berkarir, wanita yang menghadapi kemelut dalam rumah tangganya atau sedang
mendapt gangguan jiwa, akan terlibur dan jiwanya akan menjadi sehat.
2.
Dampak
Negatif
a.
Pengaruhnya
terhadap harga diri dan kepribadian wanita
Saifuddin
Mujtaba mengatakan bahwa menurut penelitian yang dilakukan oleh Mina Yunus
tentang kondisi wanita karir (bekerja) yang menyatakan bahwa 53% wanita pekerja
mengaku merasa stress di tempat kerja mereka, pada siang hari, dan merasakan
ketegangan hubungan dengan anak-anak mereka di rumah, pada malam hari. 51%
merasa cemas terhadap karirnya di masa depan, sementara 33% di antara wanita
yang bekerja mengeluhkan bahwa pekerjaan mereka cukup melelahkan perhatian
cukup melelahkan perhatian dan tanggung jawab serta menambah masalah di tempat
kerja dan di rumah. Dan 28% yang lain mengatakan kekurangan hiburan dan
menyebabkan mereka sakit.
b.
Pengaruhnya
terhadap keturunan dan pendidikan anak
Ada
kecemasan mengenai peningkatan jumlah wanita bekerja, karena ditakutkan
anak-anak mereka yang masih kecil akan diserahkan dalam asuhan para baby
sister, pembantu rumah tangga, dan anak remaja akan kehilangan bimbingan orang
tua (tertama ibu) setiap harinya.
Hal
itu diperkuat dengan keterangan Ahmad Muhammad Jamal yang mengatakan bahwa
penyebab utama terlantarnya para remaja di Eropa dan Amerika adalah karena
gersangnya kasih sayang dan perhatian dari ibu-ibu mereka sepanjang hari.Sebab
para ibu biasanya keluar rumah untuk bekerja bersama dengan bapak-bapak mereka,
sehingga seorang ibu pun merawat dan tak seorang bapak pun memberikan
pengarahan. Dan kehausan mereka akan kasih sayang orang tua menyebabkan mereka
menjadi broken home dan pada akhirnya melahirkan dekadensi moral.
Selain
itu akan timbul masalah-masalah lain akibat sibuknya para wanita (ibu) yang
berkarir, di antaranya :
1.
Anak
tidak atau kurang menerima kasih sayang ibu dan kelembutan cintanya sebab harta
saja tidak dapat membandingi kasih sayang ibu terhadap anaknya.
2.
Penyusuan
anak selain oleh ibunya sendiri akan berakibat buruk bagi kesehatan anak di
samping harus mengeluarkan biaya lebih besar.
3.
Menyandarkan
pendidikan pemeliharaan anak kepada baby sister akan merusak sistem pendidikan
anak, karena baby sister tidak dapat memberikan kasih sayang dan corak
pendidikan yang sesuai.
4.
Membiarkan
anak-anak di rumah merupakan pemberian kebebasan, sehingga mereka dapat
menonton acara televise yang negatif dan tidak edukatif. Hal itu mendorong
terjadinya penyimpangan perilaku dan kenakalan remaja.
5.
Kurangnya
komunikasi antara ibu dan anak-anaknya bisa menyebabkan keretakan sosial.
Anak-anak merasa tidak diperhatikan oleh orang tuanya. Dan sopan santun mereka
terhadap orang tuanya akan memudar. Bahkan sama sekali tidak ada kesejukan dan
kenyamanan dalam hidupnya, sehingga jiwanya berontak.
Dengan
demikian, tidak diragukan lagi bahwa bekerjanya kaum wanita di luar rumah
merupakan salah satu sebab jauh dan renggangnya hubungan ibu dengan
anak-anaknya.
c.
Pengaruhnya
terhadap hak dan produktivitas kerja suami
Di
balik kebanggaan suami yang mempunyai istri wanita karir yang maju, aktif dan
kreatif, pandai dan dibutuhkan masyarakat tidak mustahil menemui
persoalan-persoalan dengan istrinaya. Istri yang bekerja di luar rumah setelah pulang
dari kerjanya tentu ia merasa capek, dengan demikian kemungkinan ia tidak dapat
melayani suaminya dengan baik, sehingga suami merasa hak-haknya sebagai suami
kurang dipenuhi oleh sang istri. Waktu yang disisihkan istrinya kepadanya tidak
dapat memenuhi kebutuhannya, akibatnya si suami mencari kepuasan di luar rumah
tangganya.
Tugas
istri semacam ini mustahil dapat
dilakukan dengan sebaik-baiknya oleh wanita karir. Sebab si wanita karir yang
sepanjang hari bekerja di luar rumah, juga menghadapi problem dan beban mental
yang sangat besar, bahkan mungkn lebih berat dengan apa yang dialami oleh
suami.
Selain
itu, perbedaan tempat dan waktu kerja yang menyebabkan perpisahan antara suami
dan istri apabila tidak diiringi dengan komunikasi yang baik dan sikap saling
pengertian, hal itu akan menimbulkan ketegangan atau konflik di antara keduanya
yang dapat memicu keretakan atau bahkan perpecahan dalam hubungan perkawinan
mereka.
Dan
seringkali ketiadaan istri dari rumah karena bekerja menyebabkan suami kehilangan
tempat kasih sayang. Biasanya jalan penyelewengan lebih banyak dilakukan para
suami ketimbang menahan diri. Ketika penyelewengan itu tercium oleh sang istri,
biasanya perjalanan rumah tangga akan berakhir dengan perceraian.dan karena
suami dinilai oleh istri telah melakuakan tindakan penyelewengan, maka pada
kesempatan yang lain sang istri akan melakukan hal yang sama sebagai kompensasi
atau balas dendam.
d.
Pengaruhnya
terhadap perekonomian rumah tangga
1.
Wanita
karir memerlukan pakaian khusus untuk bekerja yang berbeda dengan pakaian
biasa. Tentunya harga pakaian kerja itu lebih mahal daripada pakaian biasa.
2.
Wanita
karir memerlukan perhiasan dan aksesoris untuk mempercantik diri dan tentunya
biaya untuk membeli perhiasan itu tidak murah.
3.
Wanita
karir memerlukan biaya transportasi pulang-pergi dari kantornya dan akan
menjadi lebih besar jika di perjalanan terjadi masalah. Dia harus naik taksi
atau kendaraan lain yang pembayaran jasanya mahal.
4.
Wanita
karir memerlukan seorang pembantu rumah tangga untuk mengurusi rumah tangganya,
seperti untuk mencuci, memasak, belanja, dan lain-lain, hal itu dikarenakan
wanita karir tidak memiliki waktu luang untuk mengurusi rumah tangganya
sendiri. Dan terkadang upah untuk membayar pembantu itu hamper sama dengan
pendapatan yang diperolehnya dari bekerja di luar rumah.
3. Wanita
Karir Di Era Distrupsi
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, disrupsi didefinisikan
hal tercabut dari akarnya. Jika diartikan dalam kehidupan sehari-hari. Disrupsi
adalah sedang terjadi perubahan fundamental atau mendasar. Yaitu evolusi
teknologi yang menyasar sebuah celah kehidupan manusia.
Digitalisasi adalah akibat dari evolusi teknologi (terutama
informasi) yang mengubah hampir semua tatanan kehidupan, termasuk tatanan dalam
berusaha. Sebagian pihak mengatakan bahwa disrupsi adalah sebuah ancaman. Namun
banyak pihak pula mengatakan kondisi saat ini adalah peluang.
Era disrupsi ini merupakan fenomena ketika masyarakat
menggeser aktivitas-aktivitas yang awalnya dilakukan di dunia nyata, ke dunia maya.
Fenomena ini berkembang pada perubahan pola dunia bisnis. Kemunculan
transportasi daring adalah salah satu dampaknya yang paling populer di
Indonesia.
Wanita
harus memiliki keyakinan bahwa mereka mampu dan bisa melengkapi para pemimpin
pria yang selama ini mendominasi industri teknologi informasi dan komunikasi
serta start up digital.
Berdasarkan
data Startup Ranking, Indonesia saat ini berada di peringkat ketiga dalam
daftar negara yang memiliki jumlah startup terbanyak yakni sejumlah 1754 di
bawah Amerika Serikat (28.693), India (4857).
Meski
demikian, dari sisi gender ternyata masih sedikit sekali yang dinikmati oleh
founder-founder start up wanita. Survei Daily Social baru-baru ini
mengungkap komposisi start up yang dibangun oleh wanita hanya sekitar 20
persen dibanding 70 persen yang didirikan oleh kaum pria.
Ada
7 aspek yang harus dikembangkan dan dimiliki wanita agar berbagai keunggulan
yang dimilikinya itu dapat membantunya meraih kesuksesan di era disrupsi
digital itu, yakni membangun visi, mencari dan mendapatkan mentor yang tepat,
berani mengambil resiko, membangun jaringan relasi, kemampuan berkomunikasi
secara efektif, tekun serta work-life
balance.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari
dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah
laku yang tampak. Jadi, emosi adalah pengalaman afektif yang disertai
penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan
berwujud suatu tingkah laku yang tampak. Bentuk-bentuk emosi antara lain
amarah, sedih, rasa takut, kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel, dan malu.
emosi sangat berhubungan erat dengan tingkah laku manusia.
Wanita
karir terdiri dari dua kata yaitu: wanita dan karir. Kata wanita sendiri, dalam
kamus besar bahasa Indonesia diartikan dengan: perempuan dewasa, sedangkan kata
karir mempunyai dua pengertian: pertama, perkembangan dan kemajuan dalam
kehidupan, pekerjaan, jabatan, dan sebagainya. Kedua, pekerjaan yang memberikan
harapan untuk maju. Istilah wanita karir dapat diartikan dengan: wanita yang
berkecimpung dalam kegiatan profesi (usaha, perkantoran dan sebagainya). Selain
itu, karir dapat diartikan dengan serangkaian pilihan dan kegiatan pekerjaan
yang menunjukkan apa yang dilakukan oleh seorang untuk dapat hidup.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, disrupsi didefinisikan
hal tercabut dari akarnya. Jika diartikan dalam kehidupan sehari-hari, disrupsi
adalah sedang terjadi perubahan fundamental atau mendasar. Yaitu evolusi teknologi
yang menyasar sebuah celah kehidupan manusia.
3.2 Saran
Sebagai perempuan tempat madrasah pertama bagi anak-anak
bisa menjadi tolak ukur kebaikan apalagi dalam segi emosi. Jangan sampai
pekerjaan wanita karir menjadikan image buruk seorang ibu dan gagal dalam
mendidik anak. Jangan terlalu fokus ke karir sehingga anak dan suami terlantar
karna prihal itu. Harapannya bisa berperan dalam kondisi apapun meski jadi
wanita karir.
DAFTAR PUSTAKA
Cholid,
Mi’roj. 2004. Muslimah Berkarir telaah
Fiqh dan Realitas. Yogyakarta : Qudsi Media. Cet. I,. 8
Desiree,
Auraida dan Jurfi Rizal. 1993. Masyarakat
dan Manusia Dalam Pembangunan. Jakarta. Pustaka Sinar Harapan : 280
Fadilah,
Suralaga. 2003. Pengantar Kajian Gender.
Jakarta: PSW UIN.
Hafiz Anshary A,Z
dan Huzaimah T, Yanggo (ed). 2002. Ihdad
Wanita Karir dalam Problematika Hukum Islam Kontemporer (II). Jakarta:
Pustaka Firdaus. Cet. III, 11-12 6 Ibid, 21-22.
Kementrian
Agama RI. 2004. Al-Qur’an Terjemah dan
Tajwid. Bandung: Sygma :563
Muhammad
Quraish, Shihab. 2003. Lentera Hati.
Cet, I, 357.
Naqiyah
Mukthtar. 1997. Telah terhadap Perempuan
Karier dalam Pandangan Hukum Islam‛ dalam Wacana Baru Sosial : 70 Tahun Ali
Yafie. Bandung : Mizan. Cet. I, 164.
Qasim Amin,
al-Mar’ah al-Jadidah. 1900. Mesir: Mathba’ah
al-Sya’b. 86-88.
Sarwono, Sarlito Wirawan. 1991. Psikologi
Remaja. Surabaya: Rajawali Press
Yaumi Agoes,
Achir. 1985. Wanita Dan Karya Suatu
Analisa Dri Segi Psikologi‛ dalam Emansipasi Dan Ganda Wanita Indonesia.
Jakarta : UI Pres: 71
makalah ini sengaja saya upload untuk ayunda yang akan berangkat LKK di cabang mana pun. ini ide saya. semoga ayunda bisa menggunakannya dengan bermanfaat ! salam hangat dari saya.