Wednesday, January 22, 2020

PERKEMBANGAN EMOSI WANITA KARIR DI ERA DISTRUPSI

hariannasari180396@gmail.com
“PERKEMBANGAN EMOSI WANITA KARIR DI ERA DISTRUPSI”
MAKALAH
Diajukan sebagai salah satu syarat
Untuk mengikuti Latihan Khusus Kohati (LKK)
Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Padang

 Hasil gambar untuk logo kohati

OLEH :
Nama                 : Hari Anna Sari
Nomor HP        : 082388391851
Kode Makalah : D

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM KOMISARIAT PERTANIAN UNAND
CABANG PADANG
2020


KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh.
Dengan mengucapkan Alhamdulillahirrabbil al Amin, segala puji dan syukur dicurahkan kepada Allah S.W.T  yang telah melimpahkan rahmat dan kurnianya serta telah memberikan anugerah kepada Nabi Muhammad S.A.W. nabi terakhir pewaris Al-Quran dan Hadits yang menuntun dan menjadi pedoman seluruh manusia dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Hanya karena-Nya penulis bisa menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu dan persyaratan yang telah ditentukan.
Dalam penulisan makalah ini, penulis sangat tertarik untuk membahas mengenai tentang Emosi Wanita Karir. Judul yang penulis buat dalam makalah ini adalah “Perkembangan Emosi Wanita Karir Di Era Distrupsi”.
Berbagai permasalahan dan hambatan tentunya menghiasi dinamika penulisan makalah ini, namun dengan adanya bantuan dan semangat yang diberikan oleh berbagai pihak sangat membantu penulis dalam menyelesaikan makalah. Dan bantuan yang paling utama yaitu dari Allah S.W.T. yang sangat menentukan selesai atau tidaknya makalah ini.
Dan pada akhirnya, penulis mengakui bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Hadirnya kritikan dan masukan dari pembaca akan menyempurnakan makalah ini nantinya. Saya sebagai penulis sangat mengharapkan masukan dan kritikan yang bersifat membangun tersebut.


                                                                                                       Padang, 10 Januari 2020


                                                                                                            Penulis



DAFTAR ISI
Kata Pengantar..............................................................................................    
Daftar Isi........................................................................................................    
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang................................................................................................   
Rumusan Masalah..........................................................................................  
Tujuan Penulis................................................................................................    
BAB II PEMBAHASAN
Emosi.............................................................................................................
Perkembangan emosi....................................................................................
Sebab dan reaksi yang ditimbulkan emosi....................................................
Ciri-ciri emosi berdasarkan umur...................................................................
Wanita Karir...................................................................................................
Wanita karir dalam pandangan islam.............................................................
Faktor pendorong wanita karir.......................................................................
Syarat wanita karir.........................................................................................
Dampak wanita karir......................................................................................
Wanita karir Di Era Distrupsi.........................................................................
BAB II PENUTUP
Kesimpulan...................................................................................................
Saran............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................





BAB I
PENDAHULUAN
  1.    Latar Belakang
Pada zaman teknologi informasi sekarang ini, sosok wanita karir yang sukses merupakan fenomena umum mulai dari kota-kota besar, sekalipun itu seorang ibu rumah tangga. Memang tidak sedikit yang menjalani fungsi ganda, sebagai wanita karir maupun sebagai ibu rumah tangga. Bagi yang pintar mensiasati waktu, sukses dalam dua bidang tersebut bukanlah hal yang mustahil, tetapi kesuksesan keduanya bukanlah sesuatu yang mudah. Seringkali wanita tersebut mengalami kewalahan dalam membagi waktu, tak jarang harus mengalami salah satu kegagalan. Saat pada kondisi ini wanita terpaksa harus memilih: rumah tangga atau karir?
Memang tidak mudah memainkan peran sebagai wanita karir atau wanita pekerja sekaligus ibu rumah tangga yang baik. Karena kedua dunia itu memiliki tuntutan dan konsekuensi yang sama beratnya. Banyak perusahaan menilai bahwa pegawai wanita setelah menikah dan mempunyai anak kurang profesional dalam bekerja. Sering datang terlambat ke kantor dengan berbagai alasan, yang disebabkan mengurus anggota keluarga suami dan anak.
Namun banyak wanita selalu mengimpikan keberhasilan dalam kedua bidang tersebut dan berusaha keras untuk mencapainya. Sulit memang, tapi bukan tidak mungkin Anda sebagai wanita dapat meraihnya.
Pertama sekali kita harus bertanya pada diri kita sendiri: Apakah setelah saya menikah atau mempunyai anak, masih ingin melanjutkan karir yang selama ini selalu diimpikan. Kalau jawabanya “Iya” berarti kita harus memiliki komitmen dan sikap konsisten terhadap pilihan yang kita ambil. Dengan bertanggung jawab yang penuh terhadap tugas-tugas yang diberikan oleh kantor atau perusahan kepada kita tanpa melalaikan urusan rumah tangga. Dan dengan perasaan tidak pernah merasa terbebani dengan tugas kantor dan rumah tangga.
Ada wanita yang senang berkarier di luar rumah dari pada di dalam rumah. Bagi mereka kehidupan yang aktif dan dinamis bukan saja menambah gairah hidup tapi merupakan energi untuk hidup. Dengan kata lain bagi wanita-wanita ini tanpa kegiatan di luar rumah mereka akan kehilangan semangat hidup. Seperti api pada lilin yang semakin meredup, sebaliknya bila mereka dapat mengaktualisasi diri di luar rumah, mereka menjadi diri mereka yang terbaik dan ini berarti mereka bisa menjadi ibu rumah tangga yang lebih baik pula. Jika dipaksakan diam dalam rumah, mereka tidak menjadi istri yang terbaik, menjadi diri mereka yang terbaik, menjadi ibu yang terbaik, dan hal ini akan berdampak pada keluarganya pula.
Dalam Islam membina keluarga merupakan suatu hal yang diwajibkan bagi setiap muslim yang berkeluarga karena keluarga sebagai tempat untuk menjaga diri. Guna menciptakan ketentraman dan keselamatan dari segala bentuk kejahatan yang ditimbulkan oleh orang lain, sehingga keluarga harus dijadikan tempat tinggal yang penuh dengan kebahagiaan. Allah berfirman dalam Surat Ar-Rum ayat 21 yang artinya : “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tandatanda bagi kaum yang berfikir.”(Q.S. Ar-Rum: 21).
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.2 Keluarga dan pekerjaan yang harus diurus oleh seorang wanita banyak menimbulkan beban psikis dan juga fisik. Sumber stress yang dialami wanita tersebut berbeda-beda, bisa berasal dari internal dan eksternal . Stress akibat tuntutan bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga (lelah secara psikis), tekanan yang timbul akibat peran ganda itu sendiri (kemampuan manajemen waktu dan rumah rumah tangga merupakan kesulitan yang paling sering dihadapi oleh para ibu bekerja), pekerjaan di kantor sangat berat, suami dan anak-anak merasa “kurang dapat perhatian”. Sikap dan perilaku pada anak dan suami tidak mungkin disamakan dengan perilaku pada lingkungan kerja.
Di satu sisi perempuan dituntut untuk berrtanggung jawab dalam mengurus dan membina keluarga secara baik, namun di sisi lain, sebagai seorang pegawai yang baik mereka dituntut pula untuk bekerja sesuai dengan standar kinerja dengan menunjukkan performen kerja yang baik. Wanita untuk peran tersebut terbagi dengan perannya sebagai ibu rumah tangga sehingga terkadang dapat mengganggu kegiatan dan konsentrasi di dalam pekerjaannya, sebagai contoh sulit menuntut lembur ataupun menugaskan wanita karir yang telah menikah dan punya anak untuk pergi keluar kota. Masalah ini merupakan salah satu contoh kecil bahwa urusan keluarga dapat berpengaruh terhadap kegiatan-kegiatan pegawai dalam bekerja.
Kondisi seperti di atas akan menimbulkan dampak yang sangat berarti bagi usaha pencapaian tujuan universitas, salah satunya adalah rendahnya disiplin pegawai secara keseluruhan akan mempengaruhi produktifitas pegawai. Akan tetapi tidak hanya itu saja yang ditimbulkan, dapat pula berakibat langsung pada diri pegawai, karena mereka dalam keadaan suasana serba salah sehingga mengalami tekanan jiwa (stress).
Dalam menyelesaikan tugas-tugas dalam pekerjaannya terdapat gangguan atau masalah-masalah yang berhubungan dengan faktor psikologis dalam diri wanita tersebut, misalnya wanita itu merasa bersalah telah meninggalkan keluarganya untuk bekerja, tertekan karena terbatasnya waktu dan beban pekerjaan terlalu banyak serta situasi kerja yang kurang menyenangkan. Keadaan ini akan menggangu pikiran dan mental wanita karir ketika bekerja sehingga mengganggu konsentrasi bekerja. Dengan intensitas peran ganda yang tinggi, seeorang ibu yang bekerja akan mengalami penurunan pada kinerjanya karena ibu bekerja akan peningkatan stress, peningkatan keluhan fisik dan tingkat energi yang rendah.
Berdasarkan hasil pengamatan, masih banyak dijumpai wanita karir yang terlambat masuk kantor, meninggalkan kantor pada saat jam kerja untuk menjemput anak atau mengurusi keluarga, bahkan terdapat beberapa wanita karir turut membawa serta anaknya ke kantor. Hal-hal tersebut tentunya akan mengganggu konsentrasi bekerja, menurunkan disiplin sehingga pada akhirnya kinerja yang dihasilkan tidak optimal.
Wanita harus memiliki keyakinan bahwa mereka mampu dan bisa melengkapi para pemimpin pria yang selama ini mendominasi industri teknologi informasi dan komunikasi serta startup digital.
Berdasarkan data Start up Ranking, Indonesia saat ini berada di peringkat ketiga dalam daftar negara yang memiliki jumlah startup terbanyak yakni sejumlah 1754 di bawah Amerika Serikat (28.693), India (4857).
Meski demikian, dari sisi gender ternyata masih sedikit sekali yang dinikmati oleh founder-founder start up wanita. Survei Daily Social  baru-baru ini mengungkap komposisi start up yang dibangun oleh wanita hanya sekitar 20 persen dibanding 70 persen yang didirikan oleh kaum pria.

2.    Rumusan Masalah
Setelah menjabarkan latar belakang pada point sebelumnya, maka penulis memberikan batasan rumusan pada “perkembangan Emosi Wanita Karir Di Era Distrupsi”.

3.    Tujuan Makalah
-       Mengetahui tingkatan emosi wanita berdasarkan umurnya
-       Mengetahui hukum  wanita karir dalam pandangan islam
-       Mengetahui kedudukan wanita di Era Distrupsi.



BAB II
PEMBAHASAN
1.    Deskripsi Emosi
a.    Pengertian Emosi
Masa remaja atau masa adolensia merupakan masa peralihan atau masa transisi antara masa anak ke masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami perkembangan yang pesat mencapai kematangan fisik, sosial, dan emosi. Salah satu perkembangan yang dialami oleh remaja adalah perkembangan emosi. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa emosi adalah suatu keadaan kejiwaan yang mewarnai tingkah laku. Emosi dapat juga diartikan sebagai suatu reaksi psikologis yang ditampilkan dalam bentuk tingkah laku gembira, bahagia, sedih, berani, takut, marah, haru dan sejenisnya. 
Pengertian emosi menurut para ahli yaitu, Hathersall (dalam Mudjiran, 2007 : 224) merumuskan pengertian emosi sebagai situasi psikologis yang merupakan pengalaman subjektif yang dapat dilihat dari reaksi wajah dan tubuh
Jadi, emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak
b.    Perkembangan Emosi
Emosi sering didefinisikan dalam istilah perasaan (feeling), misalnya pengalaman- pengalaman afektif, kenikmatan atau ketidaknikmatan, marah, takut, bahagia, sedih dan jijik. Emosi juga sering berhubungan dengan ekspresi tingkah laku dan respon-respon fidiologis.
1.    Bentuk-bentuk Emosi
a.    Amarah, didalamnya meliputi brutal, mengamuk, benci, mara besar, jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, tindak kekerasan dan kebencian patologis
b.    Kesedihan, didalamnya meliputi pedih, sedih, muram,suram, melankolis, mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus asa dan depresi
c.    Rasa takut, didalamnya meliputi cemas, takut, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, sedih, waspada, tidak tenang, ngeri, kecut, panik, dan phobia
d.    Kenikmatan, didalamnya meliputi bahagia, gembira, ringan puas, riang, senang, terhibur, bangga, kenikmatan indrawi, takjub, terpesona, puas, rasa terpenuhi, girang, senang sekali dan mania.
e.    Cinta, didalamnya meliputi penerimaan, persahabatan, percayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, dan kasih sayang.
f.     Terkejut, didalamnya meliputi terkesiap, takjub dan terpana.
g.    Jengkel, didalamnya meliputi hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka dan mau muntah
h.    Malu, didalamnya meliputi rasa bersalah, malu hati, kesal hati, menyesal, hina, aib, dan hati hancur lebur
c.    Berdasarkan sebab dan reaksi yang ditimbulkan, emosi dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
a.      Emosi yang berkaitan dengan perasaan (syaraf-syaraf jasmaniah), misalnya perasaan dingin, panas, hangat, sejuk dan sebagainya. Munculnya emosi seperti ini lebih banyak dirasakan karena faktor fisik diluar individu, misalnya cuaca, kondisi ruangan dan tempat dimana individu itu berada.
b.    Emosi yang berkaitan dengan kondisi fisiologis, misalnya sakit, meriang dan sebagainya. Munculnya emosi sepertinini lebih banyak dirasakan karena faktor kesehatan.
c.     Emosi yang berkaitan dengan kondisi psikologis, misalnya cinta, rindu, sayang, benci dan sejenisnya. 
Menurut teori Kecerdasan Emosional yang dikembangkannya, Daniel Goleman (dalam Ali dan Asrori, 2005: 64-66) mengemukakan sejumlah ciri utama pikiran emosional sebagai berikut:
1. Respon yang cepat tetapi ceroboh
2. Mendahulukan perasaan kemudian pikiran
3. Memperlakukan realitas sabagai realist smbolik
4. Masa lampau diposisikan sebagai masa sekarang
5. Relitas yang ditentukan oleh keadaan

d. Menurut Biehler (1972) membagi ciri-ciri emosional remaja menjadi dua rentang usia, yaitu usia 12-15 tahun dan usia 15-18 tahun, yaitu :
Ø  Ciri-ciri emosional usia 12-15 tahun :
   · Cenderung banyak murung dan tidak dapat diterka
· Bertingkah laku kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal rasa percaya diri
· Kemarahan biasa terjadi
· Cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan ingin selalu menang sendiri
· Mulai mengamati orang tua dan guru-guru mereka secara objektif
Ø  Ciri-ciri emosional remaja usia 15-18 tahun :
·         Pemberontakan” remaja merupakan ekspresi dari perubahan yang universal dari masa kanak-kanak menuju dewasa
·          Banyak remaja mengalami konflik dengan orang tua mereka
·         Sering kali melamun, memikirkan masa depan mereka

2.    Pengertian Wanita Karir
Wanita karir terdiri dari dua kata, yaitu: wanita dan karir. Kata wanita sendiri, dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan dengan perempuan dewasa, sedangkan kata karir mempunyai dua pengertian: pertama, perkembangan dan kemajuan dalam kehidupan, pekerjaan, jabatan, dan sebagainya. Kedua, pekerjaan yang memberikan harapan untuk maju. Istilah wanita karir dapat diartikan dengan: wanita yang berkecimpung dalam kegiatan profesi (usaha, perkantoran, dan sebagainya). Selain itu, karir dapat diartikan dengan serangkaian pilihan dan kegiatan pekerjaan yang menunjukkan apa yang dilakukan oleh seorang untuk dapat hidup.
Menurut A. Hafidz Anshary A.Z, wanita karir adalah wanita yang menekuni profesi atau pekerjaannya dan melakukan berbagai aktivitas untuk meningkatkan hasil dan prestasinya.  Wanita semacam ini tidak seperti wanita pada zaman Siti Nurbaya yang hanya mendekaM di dalam rumah merenungi nasib, terkungkung oleh tembok, pagar adat dan tradisi. Dan wanita karir adalah wanita sibuk, pekerja keras, yang waktunya di luar rumah kadang-kadang lebih banyak dari pada di dalam rumah.
·         Ciri-ciri Wanita Karir yaitu :
1.       Wanita yang aktif melakukan kegiatan-kegiatan untuk mencapai suatu kemajuan.
2.       Kegiatan-kegiatan yang dilakukan itu merupakan kegiatan professional sesuai dengan bidang yang ditekuninya, baik di bidang politik, ekonomi, pemerintahan, ilmu pengetahuan, ketentaraan, sosial, budaya, pendidikan, maupun bidang lainya.
3.       Bidang pekerjaan yang ditekuni oleh wanita karir adalah bidang pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya dan dapat mendatangkan kemajuan dalam kehidupan, pekerjaan, atau jabatan, dan lain-lain
Selain itu terdapat pula istilah wanita bekerja. kata kerja itu sendiri berarti: kegiatan melakukan sesuatu atau sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah (mata pencaharian). Dan sebagaimana yang dikutip dari Prof. Dr. Tapi Omas Ihromi, yang dimaksud dengan wanita bekerja adalah: mereka yang hasil karyanya akan dapat menghasilkan imbalan keuangan.
Ø  Wanita bekerja dibagi menjadi 2 kelompok, sebagai berikut :
1.       Mereka yang bekerja untuk penyaluran hobby, pengembangan bakat dan meningkatkan karir
2.       Mereka yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup atau karena tekanan ekonomi, dengan kata lain untuk perbaikan sosial
Dari uraian pengertian di atas istilah wanita karir dan wanita pekerja sesungguhnya memiliki perbedaan yang sangat tipis, dimana kedua kata karir dan kerja sesungguhnya sama-sama berorientasi untuk menghasilkan uang, namun dalam berkarir, seseorang cenderung sudah lebih mapan status ekonominya dan lebih memprioritaskan status sosial atau jabatannya, sedangkan dalam bekerja motivasi utamanya adalah untuk memenuhi dan mencukupi kebutuhan ekonomi (nafkah) keluarga.
Dalam makalah ini, penulis cenderung menggunakan istilah wanita karir dari pada wanita bekerja, sebab ketika seseorang sudah memiliki kemampuan dalam berkarir, seringkali muncul image negatif yang umumnya ditimpakan kepada mereka yakni kondisi keluarga yang tidak harmonis. Artinya, bahwa kerekatan hubungan keluarga modern biasanya diakibatkan oleh keaktifan wanita-wanita karir di dunia public, sehingga urusan-urusan dalam rumah tangga terabaikan.
Selain itu, kemapanan karir yang melahirkan kemandirian dari segi financial secara tidak langsung menyebabkan sisi egoisme pada diri mereka semakin tinggi. Akibatnya, banyak diantara mereka yang merasa tidak atau kurang tercukupi kebutuhan dan hak nafkahnya, sehingga kemudian menggugat cerai para suami. Dan akan dibahas dalam pembahasan selanjutnya.

A.   Wanita Karir Dalam Pandangan Islam
Dalam pandangan islam, bekerja merupakan suatu kewajiban kemanusiaan yang tak pernah terlepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Banyak ayat al-Qur’an yang mengupas tentang kewajiban manusia untuk bekerja dan berusaha mencari nafkah, diantaranya firman Allah SWT yang berbunyi:
Yang artinya: “Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya.dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan “(QS. Al-Mulk [67]: 15).
Ayat ini menguraikan lebih lanjut tentang rububiyah, yakni betapa besar kuasa dan wewenang Allah dalam mengatur alam raya ini. Dan ayat ini merupakan ajakan bahkan dorongan kepada umat manusia secara umum dan kaum muslimin secara khusus agar memanfaatkan bumi sebaik mungkin dan menggunakannya untuk kenyamanan hidup mereka tanpa melupakan generasi sesudahnya (Shihab, 2003).
Anatomi biologis laki-laki yang berbeda dengan perempuan menjadi factor utama dalam penentuan peran sosial kedua jenis kelamin tersebut. Laki-laki memegang peran utama dalam masyarakat karena dianggap lebih kuat, potensial dan produktif, sementara perempuan yang mempunai organ reproduksi, dianggap lebih lemah, kurang potensial dan tidak produktif. Presepsi yang memandang rendah perempuan tersebut telah menetapkan kelayakan perempuan untuk mengambil peran domestic, sementara laki-laki mengambil peran di sector public. Stereo tipe yang ekstrim dalam pembedaan peran perempuan dan laki-laki tersebut telah mempersempit kemungkinan bagi kaum perempuan untuk mengembangkan berbagai potensinya dan untuk berpartisipasi dalam pembangunan bangsa (suralaga, 2003).
Permasalahan tentang wanita hukum wanita bekerja sampai detik ini masih menjadi perbincangan hangat dikalangan para ulama.Mereka masih memperdebatkan bolehkah seorang wanita (istri) bekerja diluar rumah. Untuk mengetahui bagaimana hukum wanita bekerjaatau berkarir dapat dilihat dari fatwa-fatwa para ulama berikut ini:
Dalam hal ini Naqiyah Mukhtar mengatakan, terdapat beberapa pandangan dikalangan ulama tentang wanita bekerja diluar rumah. Pendapat yang paling ketat menyatakan tidak boleh, karena dianggap bertentangan dengan kodrat wanita yang telah diberikahn dan ditentukan oleh Allah. Peran wanita secara alamiah, menurut pandangan ini adalah menjadi istri yang dapat menenangkan suami, melahirkan, mendidik anak, dan mengatur rumah. Dengan kata lain tugas wanita adalah dalam sector domestic. Perempuan yang melakukan pekerjaan di luar rumah termasuk orang yang berbuat dzalim terhadap dirinya, karena melampui ketentuan-ketentuan allah. Meski demikian dalam kondisi darurat wanita diperkenankan bekerja di luar rumah. Pendapat yang relative lebih longgar menyatakan bahwa wanita diperkenankan bekerja di luar rumah dalam bidang-bidang tertentu yang sesuai dengan kewanitaan, keibuan, dan keistrian, seperti pengajaran, pengobatan, perawatan, serta perdagangan. Bidang-bidang ini selaras dengan kewanitaan.Wanita yang melakukan pekerjaaan selain itu di anggap menyalahi kodrat kewanitaan dan tergolong orang-orang yang dilaknat Allah karena menyerupai pria.
Menurut Qasim Amin, pendapat yang mewajibkan wanita harus berada dalam rumahnya tidak lain bersumber dari adat dan tradisi masyarakat Arab pada masa lalu. Dahulu, kehidupan pada masyarakat Arab Jahili merupakan kehidupan keras yang penuh dengan peperang dan embunuhan (untuk memperebutkan kekuasaan), karena mata pencaharian mereka adalah berburu, dan kondisi tersebut tidak memungkinkan wanita untuk turut serta melakukan apa yang dilakukan oleh kaum pria. Oleh karena itu, derajat kaum wanita menjadi rendah dalam anggapan mereka. Adapun sekarang, kita sudah berada dalam keadaan yang relative aman, semuanya telah ada undang-undang yang mengaturnya. Peperangan tidak menjadi ternd dan dalam mencari penghidupan.
Selain itu, menurut penulis, fenomena maraknya wanita yang keluar rumah untuk bekerja atau berkarir, selayaknya disikapi dengan sikap bijaksana dan disertai denga pemikiran yang positif, karena tidak semua yang bekerja di luar rumah meninggalkan tugas pokoknya sebagi ibu rumah tangga. Banyak wanita yang bekerja di luar rumah dan tetap berperan sebai ibu rumah tangga. Kenyataan ini dipengaruhi oleh kondisi sekelilingannya dan kedewasaan serta pola berpikirnya mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menyebar masuk di masyarakat.
Dari uraian beberapa fatwa para ulama muslim di atas, sepertinya mereka menganjurkan wanita untuk tetap berada di dalam rumahnya dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan domistik sesuai dengan peran kodratinya. Menurut anggapan mereka keluarnya wanita dari rumah merupakan perbuatan yang tidak terpuji, sebab petunjuk Islam mengatakan bahwa wanita seyogyanya tetap di dalam rumah.
Dalam hal ini Wahbah al-Zuhaili menambahkan, seorang istri yang bekerja pada siang atau malam hari di luar rumah, baik sebagai dokter, guru, pengacara, perawat, ataupun pengrajin dalam undang-undang yang ditetapkan di Mesir dan Suria. Jika suami ridho dengan keluarnya sang istri untuk bekerja dan dia tidak melarangnya, wajib bagi sang istri menerima nafkah, sebab “penahanan” atas sang istri merupakan hak suami.

B.   Faktor-faktor Pendorong Wanita Karir

1.    Faktor Pendidikan
Pada saat ini bidang pekerjaan tidak lagi didominasi oleh kekuatan fisik seseorang, kaum wanita banyak yang memperoleh kesempatan mendapatkan pekerjaan sesuai dengan keahlian yang dipelajarinya di bangku kuliah. Para wanita yang telah menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi dn meraih gelar sarjana pada umumnya sudah tentu tidak akan mau atau tidak betah tinggal di rumah saja tanpa melakukan aktivitas apapun. Oleh sebab itu mereka akan mencari lowongan kerjaa untuk meniti karir yang sesuai dengan disiplin keilmuan yang mereka miliki.
Dan ternyata banyak pula di antara para wanita karir yang bekerja bukan karena dorongan faktor ekonomi semata, karena suami mereka berpenghasilan lebih dari cukup dan mempunyai pekerjaan tetap, tetapi lebih karena didorang faktor keinginan mempraktekkan dan memanfaatkan ilmu yang telah diperjuangkan selama bertahun-tahun di perguruan tinggi. Oleh karena itu banayak wanita terdidik dewasa ini tidak puas hanya berpangku tangan menjalankan perannya di rumah saja, tetapi ingin dapat mengembangkan dirinya sekaligus menyumbangkan kepandaian dan keahliannya kepada masyarakat, bangsa dan Negara. Dalam hal ini wanita juga sebagaimana halnya pria ingin pula berperan serta membuktikan kemampuannya (Achir, 1985).
2.    Faktor Ekonomi
Seringkali kebutuhan rumah tangga yang begitu besar dan mendesak, membuat suami dan istri harus bekerja untuk bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari. Terlebih lagi pada saat sekarang ini, dimana harga barang dan biaya hidup menjadi semakin tinggi. Kondisi tersebut membuat sang istrii tidak punya pilihan lain kecuali ikut menari pekerjaan di luar rumah, meskipun ‚hati nya tidak ingin bekerja.
Hal di atas juga didukung oleh proses industrialisasi yang banak membawa perubahan dalam masyarakat, baik perubahan di tempat kerja apapun sikap dan perilaku masyarakat. Indutrialisasi berarti menguatkan sektor formal, berarti makin besar jumlah pekerja di sektor tersebut. Oleh karena industri adalahmengelola usaha secara ekonomis dan efisien, maka pengusaha akan mengusahakan suatu harga produksi yang serendah mungkin dengan berpaling pada tenaga kerja murah yaitu wanita. Ada beberapa sektor indutri yang mendambakan mempekerjakan wanita seprti tekstil, elektronika, farmasi, makanan dan minuman, rokok. Keadaan ini sangat merangsang para wanita untuk ikut dalam kegiatan industri dan hidup di daerah perkotaan dan sekitarnya. Dorongan mereka terlibat dalam industry ialah tidak lain untuk membantu meringankan beban keluarga, ingin memiliki penghasilan sendiri, dan kurang tertarik dengan kerja pertanian di pedesaan.
3.    Faktor Sosial
Tuntutan zaman menyebabkan wanita yang meninggalkan keluarga untuk bekerja semakin menonjol. Seringkali bukan semata-mata untuk mencukupi kebutuhan hidup saja wanita harus bekerja, tetapi juga didorong oleh faktor-faktor lainnya seperti untuk meningkatkan status sosial (Auraida, 1993).
4.    Kebutuhan Aktualisasi Diri
Jika sejarah menunjukkan bahwa dominasi lelaki lebih besar dibandingkan dengan wanita dalam penemuan, pemakain dan pengendalian teknologi, alasannya semata-mata disebabkn oleh karena peluang bagi mereka untuk mengaktualkan potensi mereka selama ini terbatas.Keterbatasan ini disebabkan oleh beban tugas kekeluargaan yang begitu dominan ditumpukkan pada pundaknya.Juga karena diskriminasi kesempatan belajar yang diberikan oleh keluarga, masyarakat, atau Negara padanya.
Saat ini, seiring dengan berkembangnya pola pikir masyarakat dan gemburan hebat dari para aktifis jender menjadikan semakin banyaknya para wanita yang mandiri, dalam arti aktif bekerja dan meniti karir, dan juga menyebabkan penilaian atau anggapan miring tentang wanita bekerja di luar rumah perlahan-lahan mulai berubah. Wanita yang bekerja di ruang public mulai diperhatakan dan diakui kemampuannya.

C.   Syarat-syarat Wanita Karir
Bagi wanita yang berprofesi di ruang publik, hampir pasti berpapasan dengan beberapa persoalan krusial yang dianggap suatu kebenaran mutlak untuk perempuan, yaitu : masalah kepemimpinan, aurat, mahram, hak dan tanggungjawab dalam keluarga, bahkan anggapan bahwa wanita adalah manusia kedua setelah laki-laki, yang kesemuanya didukung oleh teks-teks agama (mi’roj. 2004).

D.   Dampak Wanita Karir
Menurut Prof. Dr. Huzaimah T. Yanggo ada beberapa dampak positif yang timbul akibat wanita berkarir antara lain :
1.    Dampak Positif
a.       Dengan berkarir, wanita dapat membantu meringankan keluarga yang tadinya hanya dipikul oleh suami yang mungkin kurang memenuhi kebutuhan, tetapidengan adanya wanita ikut berkiprah dalam mencari nafkah, maka krisis ekonomi dapat di tanggulang.
b.      Dengan berkarir, wanita dapat memberikan pengetian dan penjelasan kepada keluarganya, utamanya kepada putra-putrinya tentang kegiatan-kegiatan yang diikutinya, sehingga kalau ia sukses dan berhasil dalam karirnya, putra-putri akan gembira dan bangga, bahkan menjadikan ibunya sebagai panutan dan suri tauladan bagi masa depannya. Haliini sesuai dengan pengakuandan pernyataan dari salah seorang anak remaja dari wanita karir ketika penulis mewancarinya, bahwa menurutnya banyak hal yang positif yang mereka temui bila ibunya bekerja, bahkan mereka gembira dan bangga jika ibunya sukses dalam karirnya.
c.       Dalam memajukan serta mensejahterahkan masyarakat dan bangsa diperlukan partisipasi serta keikutsertaan kaum wanita, karena dengan segala potensinya wanita mampu dalam hal ini, bahkan ada di antara pekerjaan yang tidak bisa dilaksanakan oleh pria dapat berhasil ditangani oleh wanita, baik karena keahlianya maupun karena bakatnya.
d.      Dengan karir, wanita dalam mendidik anak-anaknya pada umumnya lebih bijaksana, demokratis dan tidak otoriter, sebab dengan karirnya itu ia bisa memiliki pola pikir yang moderat. Kalau ada problem dalam rumah tangga yang harus diselesaikan, maka ia segera mencari jalan keluar secara tepat dan benar.
e.      Dengan berkarir, wanita yang menghadapi kemelut dalam rumah tangganya atau sedang mendapt gangguan jiwa, akan terlibur dan jiwanya akan menjadi sehat.

2.    Dampak Negatif
a.    Pengaruhnya terhadap harga diri dan kepribadian wanita
Saifuddin Mujtaba mengatakan bahwa menurut penelitian yang dilakukan oleh Mina Yunus tentang kondisi wanita karir (bekerja) yang menyatakan bahwa 53% wanita pekerja mengaku merasa stress di tempat kerja mereka, pada siang hari, dan merasakan ketegangan hubungan dengan anak-anak mereka di rumah, pada malam hari. 51% merasa cemas terhadap karirnya di masa depan, sementara 33% di antara wanita yang bekerja mengeluhkan bahwa pekerjaan mereka cukup melelahkan perhatian cukup melelahkan perhatian dan tanggung jawab serta menambah masalah di tempat kerja dan di rumah. Dan 28% yang lain mengatakan kekurangan hiburan dan menyebabkan mereka sakit.
b.    Pengaruhnya terhadap keturunan dan pendidikan anak
Ada kecemasan mengenai peningkatan jumlah wanita bekerja, karena ditakutkan anak-anak mereka yang masih kecil akan diserahkan dalam asuhan para baby sister, pembantu rumah tangga, dan anak remaja akan kehilangan bimbingan orang tua (tertama ibu) setiap harinya.
Hal itu diperkuat dengan keterangan Ahmad Muhammad Jamal yang mengatakan bahwa penyebab utama terlantarnya para remaja di Eropa dan Amerika adalah karena gersangnya kasih sayang dan perhatian dari ibu-ibu mereka sepanjang hari.Sebab para ibu biasanya keluar rumah untuk bekerja bersama dengan bapak-bapak mereka, sehingga seorang ibu pun merawat dan tak seorang bapak pun memberikan pengarahan. Dan kehausan mereka akan kasih sayang orang tua menyebabkan mereka menjadi broken home dan pada akhirnya melahirkan dekadensi moral.
Selain itu akan timbul masalah-masalah lain akibat sibuknya para wanita (ibu) yang berkarir, di antaranya :
1.   Anak tidak atau kurang menerima kasih sayang ibu dan kelembutan cintanya sebab harta saja tidak dapat membandingi kasih sayang ibu terhadap anaknya.
2.   Penyusuan anak selain oleh ibunya sendiri akan berakibat buruk bagi kesehatan anak di samping harus mengeluarkan biaya lebih besar.
3.   Menyandarkan pendidikan pemeliharaan anak kepada baby sister akan merusak sistem pendidikan anak, karena baby sister tidak dapat memberikan kasih sayang dan corak pendidikan yang sesuai.
4.   Membiarkan anak-anak di rumah merupakan pemberian kebebasan, sehingga mereka dapat menonton acara televise yang negatif dan tidak edukatif. Hal itu mendorong terjadinya penyimpangan perilaku dan kenakalan remaja.
5.   Kurangnya komunikasi antara ibu dan anak-anaknya bisa menyebabkan keretakan sosial. Anak-anak merasa tidak diperhatikan oleh orang tuanya. Dan sopan santun mereka terhadap orang tuanya akan memudar. Bahkan sama sekali tidak ada kesejukan dan kenyamanan dalam hidupnya, sehingga jiwanya berontak.
Dengan demikian, tidak diragukan lagi bahwa bekerjanya kaum wanita di luar rumah merupakan salah satu sebab jauh dan renggangnya hubungan ibu dengan anak-anaknya.
c.    Pengaruhnya terhadap hak dan produktivitas kerja suami
Di balik kebanggaan suami yang mempunyai istri wanita karir yang maju, aktif dan kreatif, pandai dan dibutuhkan masyarakat tidak mustahil menemui persoalan-persoalan dengan istrinaya. Istri yang bekerja di luar rumah setelah pulang dari kerjanya tentu ia merasa capek, dengan demikian kemungkinan ia tidak dapat melayani suaminya dengan baik, sehingga suami merasa hak-haknya sebagai suami kurang dipenuhi oleh sang istri. Waktu yang disisihkan istrinya kepadanya tidak dapat memenuhi kebutuhannya, akibatnya si suami mencari kepuasan di luar rumah tangganya.
Tugas istri semacam  ini mustahil dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya oleh wanita karir. Sebab si wanita karir yang sepanjang hari bekerja di luar rumah, juga menghadapi problem dan beban mental yang sangat besar, bahkan mungkn lebih berat dengan apa yang dialami oleh suami.
Selain itu, perbedaan tempat dan waktu kerja yang menyebabkan perpisahan antara suami dan istri apabila tidak diiringi dengan komunikasi yang baik dan sikap saling pengertian, hal itu akan menimbulkan ketegangan atau konflik di antara keduanya yang dapat memicu keretakan atau bahkan perpecahan dalam hubungan perkawinan mereka.
Dan seringkali ketiadaan istri dari rumah karena bekerja menyebabkan suami kehilangan tempat kasih sayang. Biasanya jalan penyelewengan lebih banyak dilakukan para suami ketimbang menahan diri. Ketika penyelewengan itu tercium oleh sang istri, biasanya perjalanan rumah tangga akan berakhir dengan perceraian.dan karena suami dinilai oleh istri telah melakuakan tindakan penyelewengan, maka pada kesempatan yang lain sang istri akan melakukan hal yang sama sebagai kompensasi atau balas dendam.
d.    Pengaruhnya terhadap perekonomian rumah tangga
1.       Wanita karir memerlukan pakaian khusus untuk bekerja yang berbeda dengan pakaian biasa. Tentunya harga pakaian kerja itu lebih mahal daripada pakaian biasa.
2.       Wanita karir memerlukan perhiasan dan aksesoris untuk mempercantik diri dan tentunya biaya untuk membeli perhiasan itu tidak murah.
3.       Wanita karir memerlukan biaya transportasi pulang-pergi dari kantornya dan akan menjadi lebih besar jika di perjalanan terjadi masalah. Dia harus naik taksi atau kendaraan lain yang pembayaran jasanya mahal.
4.       Wanita karir memerlukan seorang pembantu rumah tangga untuk mengurusi rumah tangganya, seperti untuk mencuci, memasak, belanja, dan lain-lain, hal itu dikarenakan wanita karir tidak memiliki waktu luang untuk mengurusi rumah tangganya sendiri. Dan terkadang upah untuk membayar pembantu itu hamper sama dengan pendapatan yang diperolehnya dari bekerja di luar rumah.

3.    Wanita Karir Di Era Distrupsi
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, disrupsi didefinisikan hal tercabut dari akarnya. Jika diartikan dalam kehidupan sehari-hari. Disrupsi adalah sedang terjadi perubahan fundamental atau mendasar. Yaitu evolusi teknologi yang menyasar sebuah celah kehidupan manusia.
Digitalisasi adalah akibat dari evolusi teknologi (terutama informasi) yang mengubah hampir semua tatanan kehidupan, termasuk tatanan dalam berusaha. Sebagian pihak mengatakan bahwa disrupsi adalah sebuah ancaman. Namun banyak pihak pula mengatakan kondisi saat ini adalah peluang.
Era disrupsi ini merupakan fenomena ketika masyarakat menggeser aktivitas-aktivitas yang awalnya dilakukan di dunia nyata, ke dunia maya. Fenomena ini berkembang pada perubahan pola dunia bisnis. Kemunculan transportasi daring adalah salah satu dampaknya yang paling populer di Indonesia.
Wanita harus memiliki keyakinan bahwa mereka mampu dan bisa melengkapi para pemimpin pria yang selama ini mendominasi industri teknologi informasi dan komunikasi serta start up digital.
Berdasarkan data Startup Ranking, Indonesia saat ini berada di peringkat ketiga dalam daftar negara yang memiliki jumlah startup terbanyak yakni sejumlah 1754 di bawah Amerika Serikat (28.693), India (4857).
Meski demikian, dari sisi gender ternyata masih sedikit sekali yang dinikmati oleh founder-founder start up wanita. Survei Daily Social  baru-baru ini mengungkap komposisi start up yang dibangun oleh wanita hanya sekitar 20 persen dibanding 70 persen yang didirikan oleh kaum pria.
Ada 7 aspek yang harus dikembangkan dan dimiliki wanita agar berbagai keunggulan yang dimilikinya itu dapat membantunya meraih kesuksesan di era disrupsi digital itu, yakni membangun visi, mencari dan mendapatkan mentor yang tepat, berani mengambil resiko, membangun jaringan relasi, kemampuan berkomunikasi secara efektif, tekun serta work-life balance.






BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak. Jadi, emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak. Bentuk-bentuk emosi antara lain amarah, sedih, rasa takut, kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel, dan malu. emosi sangat berhubungan erat dengan tingkah laku manusia.
Wanita karir terdiri dari dua kata yaitu: wanita dan karir. Kata wanita sendiri, dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan dengan: perempuan dewasa, sedangkan kata karir mempunyai dua pengertian: pertama, perkembangan dan kemajuan dalam kehidupan, pekerjaan, jabatan, dan sebagainya. Kedua, pekerjaan yang memberikan harapan untuk maju. Istilah wanita karir dapat diartikan dengan: wanita yang berkecimpung dalam kegiatan profesi (usaha, perkantoran dan sebagainya). Selain itu, karir dapat diartikan dengan serangkaian pilihan dan kegiatan pekerjaan yang menunjukkan apa yang dilakukan oleh seorang untuk dapat hidup.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, disrupsi didefinisikan hal tercabut dari akarnya. Jika diartikan dalam kehidupan sehari-hari, disrupsi adalah sedang terjadi perubahan fundamental atau mendasar. Yaitu evolusi teknologi yang menyasar sebuah celah kehidupan manusia.

3.2  Saran
Sebagai perempuan tempat madrasah pertama bagi anak-anak bisa menjadi tolak ukur kebaikan apalagi dalam segi emosi. Jangan sampai pekerjaan wanita karir menjadikan image buruk seorang ibu dan gagal dalam mendidik anak. Jangan terlalu fokus ke karir sehingga anak dan suami terlantar karna prihal itu. Harapannya bisa berperan dalam kondisi apapun meski jadi wanita karir.


DAFTAR PUSTAKA
Cholid, Mi’roj. 2004. Muslimah Berkarir telaah Fiqh dan Realitas. Yogyakarta : Qudsi Media. Cet. I,. 8
Desiree, Auraida dan Jurfi Rizal. 1993. Masyarakat dan Manusia Dalam Pembangunan. Jakarta. Pustaka Sinar Harapan : 280
Fadilah, Suralaga. 2003. Pengantar Kajian Gender. Jakarta: PSW UIN.
Hafiz Anshary A,Z dan Huzaimah T, Yanggo (ed). 2002. Ihdad Wanita Karir dalam Problematika Hukum Islam Kontemporer (II). Jakarta: Pustaka Firdaus. Cet. III, 11-12 6 Ibid, 21-22.
Kementrian Agama RI. 2004. Al-Qur’an Terjemah dan Tajwid. Bandung: Sygma :563
Muhammad Quraish, Shihab. 2003. Lentera Hati. Cet, I, 357.
Naqiyah Mukthtar. 1997. Telah terhadap Perempuan Karier dalam Pandangan Hukum Islam‛ dalam Wacana Baru Sosial : 70 Tahun Ali Yafie. Bandung : Mizan. Cet. I, 164.
Qasim Amin, al-Mar’ah al-Jadidah. 1900. Mesir: Mathba’ah al-Sya’b. 86-88.
Sarwono, Sarlito Wirawan. 1991. Psikologi Remaja. Surabaya: Rajawali Press
Yaumi Agoes, Achir. 1985. Wanita Dan Karya Suatu Analisa Dri Segi Psikologi‛ dalam Emansipasi Dan Ganda Wanita Indonesia. Jakarta : UI Pres: 71


makalah ini sengaja saya upload untuk ayunda yang akan berangkat LKK di cabang mana pun. ini ide saya. semoga ayunda bisa menggunakannya dengan bermanfaat ! salam hangat dari saya.

PERKEMBANGAN EMOSI WANITA KARIR DI ERA DISTRUPSI

hariannasari180396@gmail.com “PERKEMBANGAN EMOSI WANITA KARIR DI ERA DISTRUPSI” MAKALAH Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk me...